sejarah animasi
Melansir dari 99designs, animasi pertama kali ditemukan bersamaan dengan penemuan strip film. Namun, optik di balik terciptanya animasi telah dikenal sejak awal 1800-an, ditemukannya phénakisticope (1833) karya Simon von Stampfer. Mengutip Studio Binder, salah satu animasi pertama dalam film sebenarnya dilukis dengan tangan. Hal itu dilakukan oleh seniman dan penemu Prancis, Charles-Émile Reynaud pada Praxinoscope (mesin yang mengatur pergerakan gambar). Menurut Encyclopaedia Britannica, Émile Reynaud mengadaptasi prinsip phénakisticope ke dalam bentuk yang dapat diproyeksikan ke hadapan penonton teater pada 1876.
Kemudian Walt Disney muncul pada 1920-an dengan karakter Mickey Mouse. Ia mulai mengimplementasikan efek suara ke dalam film animasi. Steamboat Willie (1928) adalah salah satu kartun Disney yang paling populer saat itu. Sebab menyediakan efek suara yang disukai oleh anak-anak. Pada 1930-an, studio lain mulai mengetahui bahwa animasi ternyata bisa menghasilkan uang. Tak mau kalah dari Disney, Warner Bros meluncurkan Looney Tunes dan Merrie Melodies. Tahun 1930-an, terjadi persaingan antara Mickey Mouse dan Bugs Bunny. Era ini lebih dikenal sebagai Zaman Keemasan animasi di Amerika Serikat.
Pada tahun 1906, animasi dan objek gambar pertama kali dibuat oleh seniman asal Amerika Serikat bernama James Stuart Blackton. Film animasi Humorous Phase of Funny Face (1906) dan Fantasmagorie (1908), kedua film tersebut merupakan 2 film animasi pertama yang diciptakan.
Sebelum mencapai abad ke-20 sebetulnya manusia telah memiliki prinsip-prinsip animasi meskipun belum dapat menyempurnakannya. Dari alat-alat seperti Thaumatrope, Phenakitoscope, Zoetrope dan Praxinoscope manusia telah bermain dengan ilusi gambar yang bergerak. Baru di awal abad ke-20 para artist berusaha berlomba-lomba menyempurnakan tekhnik animas...
Keinginan manusia untuk membuat gambar yang hidup dan bergerak sebagai perantara dari pengungkapan apa yang mereka pikirkan. Kata animasi itu sendiri sebenarnya merupakan penyesuaian dari kata “animation”, yang berasal dari kata dasar “to animate”, yang dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti “menghidupkan” (Wojowasito 1997). Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan, menggerakkan benda mati. Maksudnya, suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak, atau hanya berkesan hidup.
Manusia sudah mengenal dan bahkan sudah melakukan teknik animasi sejak zaman dulu. Teknik animasi yang dilakukan pada saat itu masih dengan cara mencoba menganimasi gerak gambar binatang. seperti yang ditemukan oleh para ahli purbakala di gua Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur 200.000 tahun lebih. Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti celeng, bison atau kuda. Hal itu dapat dilihat dari penemuan gambar delapan kaki dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk (Hallas and Manvell 1973) yang ada pada dinding gua itu.
Di belahan bumi yang lain, di Mesir, para arkeolog menemukan adanya gambar yang dibuat oleh orang-orang Mesir Kuno sebagai dekorasi dinding sekitar 2000SM. Gambarnya terlihat seperti para pegulay sedang bergumul yang susunannya berurutan pada dinding (Thomas 1958).
Selain itu, para arkeolog juga menemukan gulungan lukisan di Jepang yang dibuat pada masa Kerajaan Heian (794-1192). Lukisan kuno tersebut memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup. Selnjutnya pada abad ke-19, muncullah mainan yang disebut Thaumatrope di Negara Eropa. Mainan ini berbentuk seperti lembaran cakram tebal dan pada bagian permukaannya terdapat gambar burung dalam sangkar. Kedua sisi kiri dan kanan cakram tersebut diikat dengan seutas tali. Jika cakram tebal itu dipilin dengan tangan, maka gambar burung itu akan tampak bergerak. Dengan alasan inilah, maka mainan ini dapat dikategorikan ke dalam animasi klasik (Laybourne 1978).
Sekitar tahun 1880-an, seoramg yang bernama Jean Marey menggunakan alat potret beruntun merekam secara terus menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan manusia dan binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal kamera film hidup yang berkembang sampai saat ini. Dan pada tahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan suatu mainan gambar animasi yang disebut Praxinoscope. Mainan ini berupa rangkaian dari ratusan gambar yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin sehingga tampak menjadi sebuah gerakan seperti layaknya film. Mainan tersebut selanjutnya dianggap sebagai cikal bakal dari proyektor yang terdapat di bioskop (Laybourne 1978).
Di tahun 1908, Emile Cohl , seorang pemula yang berasal dari Perancis, membuat film animasi sederhana berupa figure batang korek api. Rangkaian gambar-gambar blabar hitam (black-line) dibuat di atas lembaran putih, dipotret dengan film negative sehingga yang terlihat figur menjadi putih dan latar belakang menjadi hitam. Sedangkan dii Amerika Serikat, Winsor McCay membuat film animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figur digambar blabar hitam dengan latar belakang putih. Di tahun-tahun berikutnya para animator Amerika mulai mengembangkan teknik film animasi di sekitar tahun 1913 sampai pada awal tahun 1920-an. Max Fleischer mengembangkan “Ko Ko The Clown” dan Pat Sullivan membuat “Felix The Cat”. Rangkaian gambar-gambar dibuat sesederhana mungkin, di mana figure digambar blabar hitam atau bayangan hitam bersatu dengan latar belakang blabar dasar hitam atau dibuat sebaliknya. McCay membuat rumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik gerakan.
Fleischer dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi sell, yaitu lembaran tembus pandang dari bahan seluloid (celluloid) yang disebut “cell”. Pemula lainnya di Jerman, Lotte Reineger, di tahun 1919 mengembangkan film animasi bayangan, dan Bertosch dari Perancis, di tahun 1930 membuat percobaan film animasi potongan dengan figure yang berasal dari potongan-potongan kayu. Lalu pada tahun 1934, George Pal memulai menggunakan boneka sebagai figure dalam film animasi pendeknya di Belanda.
Alexsander Ptushko dari Rusia membuat film animasi boneka panjang “The New Gulliver” di tahun 1935.Di tahun yang sama Len Lye dari Canada juga memulai menggambar langsung pada film setelah memasuki pembaharuan dalam film berwarna melalui film ”Colour of Box”. Perkembangan Teknik film animasi yang terpenting, yaitu di sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara yang dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui film ”Mickey Mouse”, “Donald Duck” dan ”Silly Symphony” yang dibuat selama tahun 1928 sampai 1940. Lalu lahirlah film “Steamboat Willie” yang disusul dengan film-film animasi lainnya, mulai dari “Flower and Trees (film animasi berwarna pertama, 1931)”, “Snow White and the Seven Dwarfs (film animasi panjang pertama, 1938)”, “Pinochio”, ”Fantasia”, ”Dumbo”, “Bambi”, hingga “Toy Story”. Film-film animasi itu telah mengusung Walt Disney menuju ke masa kejayaan sebagai seorang bintang di Hollywood.
wayang kulit adalah contoh karya animasi pertama kali.
Animasi adalah film yang merupakan karya tangan (gambar) yang bergerak. Pada awal penemuannya, animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan animasi 3D daripada animasi 2D.
Wayang Kulit merupakan salah satu bentuk animasi tertua di Indonesia (sejak zaman kerajaan) sekaligus tertua di dunia.[butuh rujukan] Bahkan ketika teknologi elektronik dan komputer belum ditemukan, pertunjukan wayang kulit telah memenuhi semua elemen animasi seperti layar, gambar bergerak, dialog dan ilustrasi musik.
Selain Wayang Kulit masih ada banyak lagi bentuk animasi yang Umurnya jauh lebih Tua. Contohnya seperti opera yang merupakan animasi dalam bentuk 3 dimensi.
Proses pembuatan animasi[sunting | sunting sumber]
Ada dua proses pembuatan film animasi, di antaranya adalah secara konvensional dan digital. Proses secara konvensional sangat membutuhkan dana yang cukup mahal, sedangkan proses pembuatan digital cukup ringan. Sedangkan untuk hal perbaikan, proses digital lebih cepat dibandingkan dengan proses konvensional. Tom Cardon seorang animator yang pernah menangani animasi Hercules mengakui komputer cukup berperan. "Perbaikan secara konvensional untuk 1 kali revisi memakan waktu 2 hari sedangkan secara digital hanya memakan waktu berkisar antara 30-45 menit."[1] Dalam pengisian suara sebuah film dapat dilakukan sebelum atau sesudah filmnya selesai. Kebanyakan dubbing dilakukan saat film masih dalam proses, tetapi kadang-kadang seperti dalam animasi Jepang, sulih suara justru dilakukan setelah filmnya selesai dibuat.
Animasi 2 Dimensi (2D)[sunting | sunting sumber]
Teknik konvensional[sunting | sunting sumber]
Teknik Celluloid (kadang-kadang disebut cell saja) ini merupakan teknik mendasar dalam pembuatan film animasi klasik. Setelah gambar mejadi sebuah rangkaian gerakan maka gambar tersebut akan ditransfer ke atas lembaran transparan (plastik) yang tembus pandang/ sel (cell) dan diwarnai oleh Ink and Paint Department. Setelah selesai film tersebut akan direkam dengan kamera khusus, yaitu multiplane camera di dalam ruangan yang serba hitam.
Objek utama yang mengeksploitasi gerak dibuat terpisah dengan latar belakang dan depan yang statis. Dengan demikian, latar belakang (background) dan latar depan (foreground) dibuat hanya sekali saja. Cara ini dapat menyiasati pembuatan gambar yang terlalu banyak.
- Pra-produksi:
- Konsep,
- Skenario,
- Pembentukan karakter,
- Storyboard,
- Dubbing awal,
- Musik dan sound FX
- Produksi:
- Lay out (Tata letak),
- Key motion (Gerakan kunci/ inti),
- In Between (Gambar yang menghubungkan antara gambar inti ke gambar inti yang lain)
- Clean Up (Membersihkan gambar dengan menjiplak)
- Background (Gambar latar belakang),
- Celluloid (Ditransfer ke atas plastik transparan)
- Coloring (Mewarnai dengan tinta dan cat).
- Post-produksi:
- Composite,
- Camera Shooting (Gambar akan diambil dengan kamera, dengan mengambil frame demi frame),
- Editing,
- Rendering,
- Pemindahan film ke dalam roll film.
Teknik digital[sunting | sunting sumber]
Setelah perkembangan teknologi komputer pada era 1980, proses pembuatan animasi 2 dimensi menjadi lebih mudah. Yang sangat nyata dirasakan adalah kemudahan dalam proses pembuatan animasi. Untuk penggarapan animasi sederhana, mulai dari perancangan model hingga pengisian suara/dubbing dapat dilakukan dengan mempergunakan satu personal komputer. Setiap kesalahan dapat dikoreksi dengan cepat dan dapat dengan cepat pula diadakan perubahan. Sementara dengan teknik konvensional, setiap detail kesalahan kadang-kadang harus diulang kembali dari awal. Proses pembuatan animasi 2Dimensi digital terdiri dari:
- Pra-produksi:
- Konsep,
- Skenario,
- Pembentukan karakter,
- Storyboard,
- Dubbing awal,
- Musik dan sound FX
- Produksi:
- Layout,
- Key motion,
- In Between,
- Background,
- Scanning
- Coloring.
- Post-produksi:
Animasi di Indonesia[sunting | sunting sumber]
- Perkembangan animasi sebenarnya telah meluas di Indonesia, bahkan ada beberapa studio yang telah membuat animasi lisensi luar dikerjakan oleh tenaga ahli lokal atau dengan kalimat lain, Indonesia sudah lama terkenal hanya sebagai tempat produksi industri film animasi Jepang dan Amerika Serikat. Data Ainaki (Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia) mencatat nama-nama studio animasi Indonesia, diantaranya Dreamlight Animation, Tunas Pakar Integraha, Castle Production, CAM Solution, Rois Cartoon, Dreamtoon, Mirag, Pustaka Lebah, Jogjakartun, Mrico, Animad Studio, Jelly Fish, Bulakartun, Griya Studio, Bening Studio, Studio Kasatmata, ADBstudio Asiana Wang Animation, Bintang Jenaka Cartoon Film, Red Rocket, Infinite Frameworks Studios Batam, Animotion Academy, Sianima Animation, dan masih banyak lagi.[3]
- Beberapa animasi asli Indonesia, Riko the Series, Kiko, Hoala & Koala, Keluarga Somat, Nussa, Nina Sahabatku, Adit Sopo Jarwo, Dufan the Defender, Lorong Waktu, dan masih banyak lagi.
PERKEMBANGAN FILM ANIMASI DARI MASA KE MASA
Dimulai dari awal tahun 1900an ada banyak perkembangan dan perubahan yang membuat film animasi bisa seperti sekarang.
The Golden Age of Animation (1930 – 1960)
Golden Age merupakan masa dimana film animasi mendapatkan banyak apresiasi dari masyarakat luas. Di masa ini film animasi mulai keluar dari masa hitam putih dan menggunakan warna. Film animasi pendek juga mulai berkurang peminatnya karena kemunculan televisi.
Di era ini muncul banyak karakter-karakter kartun ikonik yang populer hingga sekarang. Mickey Mouse, Donald Duck, Bugs Bunny, Popeye, Tom and Jerry dan Betty Boop muncul di era ini. Di masa ini serial animasi masih hanya dinikmati di bioskop dan belum dapat dinikmati dari layar televisi.
Di tahun 1930, rumah produksi Warner Brothers pertama kali didirikan. Warner Brothers terkenal melalui serial animasi pendeknya Merrie Melodies dan Looney Tunes. Dari kedua serial ini Warner Brothers memperkenalkan karakter-karakter seperti Bugs Bunny, Daffy the Duck, Porky Pig dan Elmer Fudd.
Di era keemasan dari animasi ini, Walt Disney mengeluar mengeluarkan film panjang animasi pertama Snow White and The Seven Dwarfs. Film animasi bergenre fantasi musical ini diangkat dari cerita asal Jerman karangan Grimm bersaudara.
Film ini dibuat dengan tehnik menggambar tradisional dan menghabiskan 1,5 juta seluloid. Film ini juga menjadi film yang membentuk identitas Disney dan membuat formula film fantasi musical yang bertahan hingga sekarang. Selain Snow White and The Seven Dwarfs, Disney juga mengeluarkan film panjang lainnya seperti Pinocchio, Fantasia, Dumbo dan Bambi.
The American Television Era (1960 – 1980an)
Kemunculan televisi memaksa para rumah produksi animasi untuk beradaptasi dan berlomba-lomba membuat serial animasi di televisi. Di era ini dua channel animasi terbesar pertama kali berdiri yaitu Disney Channel pada tahun 1983 dan Nickelodeon pada tahun 1977. Kedua channel ini menjadi pelopor yang membuat animasi dikenal lebih luas dan mengembangkan serial animasi di televisi.
Serial animasi pertama yang pertama kali tayang di layar televisi adalah Flintstones pada tahun 1960. Flintstones adalah serial karangan Hanna-Barbera yang dibuat untuk ABC.
Serial animasi yang mengambil cerita di jaman batu ini sukses meraih kesuksesan dan berhasil tayang selama tiga dekade. Selain Flintstones, Yogi the Bear dan Pink Panther Show juga menjadi film animasi yang terkenal pada era ini. Di jaman ini juga merupakan masa dimana Anime atau animasi jepang mulai memberikan dampaknya pada penonton amerika dari serial Star Blazers dan Robotech.
Modern Era (1980 – Sekarang)
Di era modern terjadi sebuah revolusi animasi karena kemunculan komputer yang dapat membuat CGI (Computer Generated Imagery) dan mengganti tehnik animasi tradisional. Tekhnik mengambar tradisional menjadi berkurang dan diganti oleh animasi tiga dimensi. Kemampuan komputer yang dapat membuat model 3D yang dapat digerakan mendominasi film animasi hingga sekarang.
Film animasi pendek pertama yang menggunakan CGI adalah The Advantures of Andre and Wally B yang keluar pada tahun 1984. Film animasi ini dibuat oleh rumah produksi Graphic Group yang nantinya menjadi dasar dari berdirinya rumah produksi animasi Pixar. Pixar sendiri menjadi rumah produksi pertama yang pertama kali memproduksi film animasi 3D populer Toy Story di tahun 1995.
Perkembangan film animasi dari era hitam putih hingga sekarang berjalan dengan begitu pesat. Setiap tahunnya para penggemar film animasi dikejutkan dengan film – film animasi berkualitas yang dapat dinikmati di layar lebar. Film animasi pun sekarang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan dari anak – anak hingga dewasa. Visual yang ditawarkan di film Spider-Man: Into The Spider-Verse menjadi sebuah bukti bahwa film animasi masih bisa berkembang lebih jauh lagi.
Tidak ada yang tahu kira-kira teknologi dan revolusi baru apa yang akan merubah film animasi kedepannya. Peruahan bukanlah sebuah hal yang buruk, semoga rumah produksi animasi tidak berhenti melakukan inovasi dan selalu memberikan pengalaman baru bagi para penontonnya.
Hanya itu yang bisa saya sampaikan terlebih dan terkurang saya mohon maaf.
Sekian terima kasih